Pertemuan Pemandu Pendalaman Kitab Suci
Se-Regio Sumatera
“Keluarga Kristiani yang
Mendengarkan
Melaksanakan Sabda Allah
serta
Meneruskan Iman Kristiani
kepada Anak-anak”
Wisma Albertus – Pahoman,
Bandarlampung
8-10 Oktober 2014
Rabu, 8 Oktober 2014
Doa Pembuka (Utusan dari Padang)
Sambutan Rm. Piet (Koordinator KomPI)
Selamat datang di Wisma Albertus. Wisma Albertus ini
merupakan Wisma Keuskupan Tanjungkarang.Meskipun wisma ini keadaannya seperti
ini, tetapi kami tetap bangga karena bisa dipakai. Berbagai pertemuan tingkat
keuskupan, provinsi dan regio pernah dilangsungkan di tempat ini.
Komisi Kitab Suci di Keuskupan Tanjungkarang bernaung di
bawah KomPI (Komisi Pengembangan Iman: Kitab Suci, Katekese, Liturgi).
Penggabungan ini bertujuan agar yang serumpun menjadi satu, saling berdekatan, dan
diharapkan bisa menjalin komunikasi yang lebih baik.
Harapan: Semoga kegiatan “Pertemuan Pemandu Pendalaman
Kitab Suci” ini bisa berjalan dengan lancar dan nantinya bisa membantu pelayanan
kita dalam memandu pendalaman Kitab Suci dimanapun kita berada.
Perkenalan
Per Keuskupan: Keuskupan Agung Medan, Keuskupan Sibolga, Keuskupan
Padang, Keuskupan Pangkalpinang, Keuskupan Agung Palembang, Keuskupan Tanjungkarang.
Per Wilayah di Keuskupan Tanjungkarang: Bandarlampung, Sidomulyo, Kotagajah,
Pringsewu, Kotabumi.
Tatatertib (Rm. Wied)
Lihat buku panduan: Jadwal pertemuan dan Ibadat pagi,
Ibadat siang, Ibadat sore, Ibadat malam, serta Petugas liturgi Perayaan Ekaristi!
Beberapa
hal berkaitan dengan gedung Wisma Albertus: Ruang pertemuan besar, ruang
pertemuan kecil, hall, kamar Kresna, kamar Arjuna, ruang makan, kapel; jam
malam gerbang akan ditutup (jam 22.00); jika ada yang berkepentingan keluar,
harap menghubungi salah satu panitia.
Misa Pembuka (Mgr. Yu)
Kita mesti belajar dari kedua rasul agung Paulus dan
Petrus. Keduanya memiliki peran yang sama (mewartakan kabar gembira) tetapi
berbeda dalam bentuk (misi kepada bangsa Yahudi – misi kepada bangsa-bangsa
lain. Kisah Paulus yang mencela Petrus berkaitan dengan makan bersama dengan
saudara-saudara yang bersunat diasumsi sebagai kesalahpahaman. Petrus tidak
marah menanggapi celaan Paulus.
Rm. Edyà LBI
dan YLBI
BKSN 2014 sudah lewat kok pertemuan pemandu pendalaman KS?
Tidak mengapa. Kegiatan memandu pendalaman akan tetap berjalan terus. Pemandu
adalah ujung tombak, fasilitator pendalaman Sabda langsung kepada umat beriman.
Pemandu juga adalah ujung “tombok”, kadang harus rela berkorban (tenaga, waktu,
pikiran, perasaan, biaya).
LBI (Lembaga Biblika Indonesia) dan YLBI (Yayasan Lembaga
Biblika Indonesia), berdiri berkat karya-karya Ordo Fransiskan. Kita patut
bersyukur dengan adanya kedua lembaga ini, yang berkecimpung dalam hal Kitab
Suci).
LBI
mengadakan Kitab Suci dengan harga subsidi (diskon 50%), 500 eksemplar untuk
setiap keuskupan.LBI juga menyediakan dana untuk kaderisasi: keuskupan (15
juta) dan regio (75 juta). Selain itu juga, mencetak buku-buku yang berkaitan
dengan Kitab Suci agar keluarga mencintai Kitab Suci, danmenerbitkan Majalah
PKS (Pendalaman Kitab Suci) dan Majalah WB (Wacana Biblika)
Sharing Kelompok (Rm. Widarman & Bpk Sudiyono)
Mekanisme sharing: per delkit dan per wilayah (30 menit)
sharing dalam kelompok dan menuliskannya. Soal diskusi: Hambatan-hambatan yang
dialami dalam pendalaman Kitab Suci? Harapan-harapan untuk pendalaman Kitab Suci
di masa mendatang?
Delkit KAPal
Hambatan = Waktu: terlalu malam/terlalu sore. Minat: lebih
misa/rosario. Minim: buka KS, sharing, punya KS. Pemandu: kurang siap, teks
book.
Harapan = pentingnya pembekalan pemandu, kreativitas
pemandu, membuat seminar.
Wil Kotabumi
Hambatan = jarak tempuh umat jauh, jumlah pemandu minim,
kurangnya kreativitas pemandu, malu bersharing, tidak semua keluarga punya KS.
Harapan = perlunya motivasi untuk mencintai dan memahami
KS, pembinaan rutin untuk pemandu, pengadaan KS (gratis).
Delkit KAM
Hambatan = keberlanjutan pembekalan pemandu macet, latar belakang
pendidikan berpengaruh, metode seturut
perkembangan zaman.
Harapan = ada ahli KS, upayakan kelompok2 KS, kerjasama
komisi dengan paroki2.
Wil Pringsewu
Hambatan = pemandu terbatas, umat alergi (cenderung pasif),
usia bercampur, sharing tidak percaya diri.
Harapan = kaderisasi pemandu, beri motivasi, penyusunan
bahan yang cocok untuk segala usia, pelatihan/kursus2 untuk pemandu.
Delkit Papin
Hambatan = mental instan (KS jawaban pas), tidak ada minat
untuk membaca, KS sulit.
Harapan = punya kader2 KS, pemandu kreatif.
Wil Bandarlampung
Hambatan = minat yang kurang dari umat, belum terbiasa
membaca KS, kurang berani mengeluarkan pendapat, menerapkan ayat KS tidak
sesuai dengan konteks.
Harapan = membangkitkan umat untuk membaca KS dan berani
bersharing.
Delkit Keuskupan Sibolga
Hambatan
= penerjemahan ke bahasa daerah, kurangnya penguasaan bahan, metode yang kurang
menarik, tindak lanjut ke basis macet, umat tidak berminat terhadap KS, umat
tidak punya KS.
Harapan
= Pelatihan pemandu, KS menjadi bacaan rohani dalam keluarga.
Wil Sidomulyo
Hambatan = bisa membaca sulit memahami, kurang bisa
merangkum, kurang bisa menghidupkan suasana, sulit terbuka utk bersharing,
jarang bawa KS, pemandu kurang pd, pemandu kurang bisa berkomunikasi dg
kelompok umur tertentu, bahan pendalaman terlalu banyak, pemandu
berbelit-belit, materi pendukung kalau bisa tidak hanya satu.
Harapan = perlu pembekalan pemandu, perlu berlatih
berbicara, kaderisasi terhadap orang muda secara bergilir, evaluasi dan
refleksi bersama pemandu.
Delkit Keuskupan Padang
Hambatan
=beragamnya usia umat, tingkat pendidikan, sosial, budaya, mentalitas, tidak
ada kontinuitas pembinaan pemandu, tidak punya waktu, tidak semua pastor jg
punya waktu.
Wil Kotagajah
Hambatan
= tidak menguasai, tidak yakin, kurang belajar bersama, latar belakang
pendidikan tidak mendukung. Tidak biasa membawa, membaca KS, apalagi memahami,
fobia KS.
Harapan
= pendampingan khusus oleh romo terhadap pemandu … …
Kamis, 9 Oktober 2014
Membaca Kitab Suci (RD. Ferdinandus Meo Bupu)
Belajar Kitab SuciÃ
Membaca… Membaca… Membaca… !!! (St. Agustinus: “tolle lege!).
Membaca Ã
Konteks: sesuatu di sekeliling teks. Perikop teks sebelum dan atau sesudahnya.
Membaca seolah-olah baru belajar membaca.
Ada
kesulitan-kesulitan yang muncul. Penulisan ALLAH/Allah dan TUHAN/Tuhan.
Berkaitan dengan penggunaan kata dan bahasa Ibrani. Penerjemahan ke dalam
bahasa Indonesia mengalami kesulitan. Maka penerjemah mengakomodir beberapa
kesulitan-kesulitan tersebut.
Ayo belajar membaca Kitab Suci! Perikope. Paralel. Konsentrasi
penuh! Yoh 13:1-38. Teks yang menarik, meski panjang tetapi tidak sulit untuk
membaca dan memahaminya.
Tanya Jawab:
Bp. Puspo
1. Maksud kata ‘sela’ dalam
Mazmur?
Jawab:
jeda. Bandingkan 0 (nol) dalam not.
2. Mengapa tidak langsung “Allahku
ya Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku”?
Jawab:
kalau dihilangkan akan menghilangkan teks kuno. Memang pemahaman orang Yahudi
dengan kita berbeda. Contoh: Kain-Habel.
Sdr. Nando
Di Sumatera Utara, Kitab Suci
berbahasa daerah. Ada perbedaan Kitab Suci bahasa daerah dan Bahasa Indonesia.
Contoh: 2 anak yang diperintah bapanya. Bagaimana ini?
Jawab:
Terjemahan lama Zakheus naik pohon pisang. Atau Pohon jati raksasa mau
menunjukan pohon tumbuh sepanjang masa. Persoalan adalah teks dari mana
diterjemahkan.
Bp. Dwijo
1. Yang paling penting membaca
berulang-ulang. Umat malas.
2. Umat kurang berani bergurau
dengan Kitab Suci.
3. Umat takut kritis terhadap Kitab
Suci
4. Membaca cara paling
sederhana. Tetap sulit bagi umat karena tidak tahu latar belakang Kitab Suci?
Jawab:
Kitab Suci adalah sarana Tuhan mau berbicara dg umatnya. Bahwa kurang bisa menangkap
Tuhan pasti mau membantu. KS = buku iman. Seperti kalau kita ngobrol tidak
selalu konek dengan mendengar Allah lewat Kitab Suci.
Bp. Erwanto
Menikah diberi Kitab Suci tapi tidak
pernah dibuka. Bagaimana memotivasi hal tentang hal ini?
Jawab:
Menertawakan orang yang sedang belajar membunuh orang. Situasi sekelilingmnya juga
menentukan untuk cinta Kitab Suci. Doa memakai Kitab Suci. Persiapan kalau menjadi
lektor.
Bp. Cahyo
Biasa mau khotbah tidak membaca
teliti. Hanya cari intinya? Apa hubungan membaca kristis dan inti bacaan?
Jawab:
Membaca secara kritis tidak bertentangan dengan inti bacaan. Membaca secara
kritis membaca dalam kerangka seluruhnya.
Bp. Yulius
Pemahaman berbeda-beda. Orang
yang tidak tahu bertanya mana yang benar?
Jawab:
Kalau kita membaca hanya Kitab Suci, kita mendapat Kitab Suci menjelaskan
dirinya.
Bp. Sugeng
Para pemandu perlu di payungi
secara hukum, supaya tidak salah tafsir. Apakah ada buku tafsiran yang bisa jadi
refrensi?
Jawab:
Menghilangkan yang difirmakan Allah itu bahaya. Tapi kalau salah tafsir lain
soal. Memang sebaiknya tidak salah tapi tidak seperti menghilangkan Firman
Allah. Tafsiran baku tidak ada. Tafsiran banyak tapi bukan yang baku. Ajaran
resmi adalah magisterium.
Bp. Wido
1. Lektor
: Pembacaan dari ... atau Bacaan dari …?
Jawab:
terminologi liturgi.
2. Ketika
pendalaman Kitab Suci umat malas bawa Kitab Suci dan minta dibuat teksnya?
Jawab:
kalau malas, jalan ke luarnya susah.
Sr. Fransine, FSGM
Bagaiman membaca teks?
Jawab:
persoalan sama peralihan dari perkamen ke kertas. Soal materi atau dimana
ditulis?
Pemandu Pertemuan Lingkungan(Rm FX. Edy Prasetya)
Keprihatinan: Terbatasnya “tenaga-waktu-kerelaan” menjadi
pemandu; Menganggap remeh bahan yang sudah jadi; Kurangnya kreatifitas –
harafiah: Cuma baca apa yang ada; Persepsi yang kurang pas terhadap teks Kitab Suci;
Kurang menarik bahan yang sudah jadi; Sulit dimengerti bahan yang sudah jadi;
Kurangnya partisipasi dan antusiasme peserta.
Pemandu Lingkungan: harus dimengerti sebagai pelancar
proses pertemuan = fasilitator; BUKAN penceramah: tidak usah panjang lebar
mengulas teks Kitab Suci; BUKAN pengkhotbah/pemberi renungan; BUKAN
mendominasi; BUKAN ahli/narasumber; intinya, memberikan arah dan mengembangkan
proses, membantu terjadinya tukar pengalaman: pemahaman dan penghayatan.
Tuntutan Kemampuan Pemandu: Mampu memotivasi peserta agar
semakin mendalami bahan pertemuan vs rasa malas, ketergantungan pada kunci-kunci
jawaban; Mampu mendengarkan secara efektif, menghargai setiap pendapat dari
siapa pun yang bersharing, pemikiran, pengalaman, harapan dan kebutuhan peserta;
Mampu mengarahkan pertemuan dengan pertanyaan panduan yang jelas dan tepat,
elaborasi pertanyaan-pertanyaan panduan; Mampu merumuskan kesimpulan dengan
bahasa sendiri secara sederhana;Bekerja sama dengan peserta-setara-partisipatif;
Terampil: menciptakan suasana dan keterlibatan, mengatur waktu, mengajak
belajar melalui pengalaman, semakin memperdalam pengalaman peserta.
Pemandu harus memiliki: 1) Kepribadian à Bersahabat: menghormati setiap peserta, menyebut nama,
pendekatan setara; Suportif: mendukung melalui kata dan bahasa tubuh; Tulus:
tidak berprasangka negatif; Terbuka: mau belajar, mengembangkan -menerima,
pendapat yang berbeda; Rendah hati: tidak terancam oleh kepandaian peserta,
BUKAN pusat perhatian; Sabar : sederhana dalam membawakan diri. 2) Spiritualitasà Menghidupi Sabda Allah dan doa; Rendah hati dan
mengembangkan orang lain (bdk Yoh 3:30); Belajar terus menerus; Percaya dan
terbuka akan karya Roh Kudus (percaya-menghargai talenta umat); Bertindak
sebagai pelayan. 3) Pengetahuan à Memiliki
wawasan yang luas tentang materi; Memiliki teknik memimpin; Menyadari hubungan
dengan umat BUKAN sebagai guru dan murid (menemukan dan belajar bersama).
Tugas Pemandu Ã
Mengikuti Pembekalan; Mempersiapkan & kembangkan bahan; Mengelola Proses
Pertemuan; Membuat catatan: ada yang tidak terduga dan mungkin perlu
ditindaklanjuti bersama; Membuat rangkuman; Evaluasi.
Teknik memandu pertemuan:
1) Bertanya à Teknik bertanya untuk melihat atau membantu pemandu menilai
apakah ucapannya dapat ditangkap oleh umat.
2) Bercermin à Teknik menangkap apa yang disampaikan orang lain persis
seperti yang diucapkan dengan mengulang kembali; Membantu memahami arah
pertemuan.
3) Mengurutkan à mengurutkan giliran berbicara/ sharing; ada lalu lintas yang
mengatur pembicaraan.
4) Melukiskan à cara mengupayakan agar pembicaraan lebih jauh atau mendalam;
beberapa ungkapan: “bisa dijelaskan lebih lanjut?”, “apa yang anda maksud ...?
5) Mendorong à Mendorong, mengajak dan memotivasi peserta agar
berpartisipasi tanpa paksaan “apakah masih ada yang mau menyampaikan?” para ibu
sudah menyampaikan bagaimana dengan para bapak...?” mungkin ada yang punya
cerita menarik ..., dsb.
6) Mengumpulkan à mengumpulkan dengan memberi pengakuan, apresiasi yang
positif. Hal ini dapat mengurangi kecenderungan membela gagasannya; memberikan
semacam rangkuman.
7) Mengajak à Mengajak peserta khususnya yang kurang aktif berpendapat,
memberikan gagasannya; Memperhatikan melalui gerak tubuh yang memberi signal
akan berbicara “apakah ada yang ingin disampaikan?” atau “kelihatannya ingin
menyampaikan sesuatu?”
8) Mengarahkan à Tetap mengarahkan pada fokus atau tema pembicaraan. Mengembalikan
ke “jalur” nya jika telah menyimpang dari tema.
9) Balancing à suatu cara untuk menyeimbangkan pembicaraan. Misalnya: “kita
sudah mendengar pendapat dua orang apakah ada pendapat yang berbeda?” dst.
10) Berdiam sejenak à Memberi waktu jeda agar umat bisa berpikir, mengolah apa yang
mau disampaikan.
Beberapa model: Model Tujuh Langkah; Model Lectio Divina;
Model Biasa; Model Group Respons; Model Look-Listen-Love; Model Amos; Model T –
A – T
Presentasi Beberapa Model
Kelompok 6: Model Amos
Tujuan pertemuan:
-
Peserta lebih menghargai rejeki pemberian Tuhan
-
Peserta memiliki kepedulian terhadap sesama yang mengalami
kekurangan
a. Lagu Pembukaan
b. Doa Pembukaan
c. Kata Pengantar
Langkah 1: Melihat kenyataan hidup
-
Keprihatinan atas kelaparan melalui tayangan video ”Die of
Hunger”
-
Tema: Kepedulian
kepada sesama.
Langkah 2: Mengajukan pertanyaan
-
Pemandu memberi pertanyaan: “Mengapa hal dalam film tersebut
terjadinya?
-
Sikap konsumerisme
-
Gaya hidup boros
-
Kurangnya kepedulian
-
Tidak menghargai dan tidak mensyukuri berkat Tuhan
Langkah 3: Mendengarkan Sabda Allah
YESUS MEMBERI MAKAN LIMA RIBU ORANG
14:13. Setelah Yesus mendengar
berita itu menyingkirlah Ia dari situ,
dan hendak mengasingkan diri dengan perahu
ke tempat yang
sunyi. Tetapi orang banyak
mendengarnya dan mengikuti
Dia dengan mengambil jalan darat
dari kota-kota mereka.
14:14 Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang
banyak yang besar
jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya
oleh belas kasihan
kepada mereka dan Ia menyembuhkan
mereka yang sakit.
14:15 Menjelang malam, murid-murid-Nya datang
kepada-Nya dan
berkata: "Tempat ini sunyi dan
hari sudah mulai malam.
Suruhlah orang banyak itu pergi
supaya mereka dapat
membeli makanan di desa-desa."
14:16 Tetapi Yesus berkata kepada mereka:
"Tidak perlu mereka
pergi, kamu harus memberi mereka
makan."
14:17 Jawab mereka: "Yang ada pada kami di
sini hanya lima roti
dan dua ikan."
14:18 Yesus berkata: "Bawalah ke mari
kepada-Ku."
14:19 Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di
rumput. Dan
setelah diambil-Nya lima roti dan
dua ikan itu, Yesus
menengadah ke langit dan mengucap
berkat, lalu memecah-
mecahkan roti itu dan memberikannya
kepada murid-murid-
Nya, lalu murid-murid-Nya
membagi-bagikannya kepada
orang banyak.
14:20 Dan mereka semuanya makan sampai kenyang.
Kemudian
orang mengumpulkan
potongan-potongan roti yang sisa, dua
belas bakul penuh.
14:21 Yang ikut makan kira-kira lima ribu
laki-laki, tidak termasuk
perempuan dan anak-anak.
Langkah 4: Mencari sebab yang terdalam dalam berita
-
Apa kata Gereja?
-
Apa kata media? Tayangan/program TV tentang orang-orang yang
perduli pada realita sosial.
-
Apa yang belum dibuat orang?
Langkah 5: Perencanaan
-
Mengajari anak untuk hidup hemat
-
Memberi uang saku secukupnya
-
Mengajak anak untuk peduli pada sesama
-
Sosialisasi terhadap umat agar tergerak hatinya untuk memberi
lebih dalam kehidupan sosial
d. Doa Penutup
e. Lagu
Kelompok 1: Model Tujuh Langkah
“Keluarga adalah Tempat Pertama dan Utama dalam Pembinaan Iman”
Tujuan pertemuan:
-
meningkatkan kesadaran orang tua akan tanggungjawab/kewajiban
untuk membina iman anak
-
membantu keluarga untuk memupuk rasa persekutuan
-
menghidupkan/memelihara tradisi-tradisi iman katolik dalam
keluarga
-
masing-masing anggota keluarga menyadari peran dan
tanggungjawabnya dalam keluarga
Luk 2: 41-52 : Yesus pada umur
dua belas tahun dalam Bait Allah.
Metode Sharing Injil Tujuh Langkah
Lagu Pembukaan: PS 650
1.
Doa mengundang Tuhan.
2.
Membaca teks Kitab Suci : Luk 2: 41-52 – Yesus pada umur dua
belas tahun dalam Bait Allah.
3.
Memetik berlian Sabda dan mengungkapkannya.
4.
Hening (membiarkan Allah berbicara dalam hati kita
masing-masing).
5.
Sharing pengalaman iman atas kata/kalimat atau ayat singkat dari
teks Kitab Suci.
6.
Aksi nyata (buah dari Sabda) boleh dilakukan secara pribadi,
keluarga maupun dalam lingkungan.
7.
Doa Spontan (doa syukur, permohonan).
Doa Bapa kami
Doa Penutup
Lagu Penutup
Kelompok 5:Metode Look-Listen-Love
I. Pembuka
·
Pengantar
·
Lagu+Doa
II. Penentuan Tema (Look at live)
a. Sasaran: pendalaman Kitab Suci bagi orang dewasa
b. Tema: pendidikan Iman dalam keluarga (Gereja kecil)
c. Alasan memilih tema :
·
Ada kegelisahan orangtua terhadap iman anak
·
Milittansi Iman kita terhadap lingkungan yang mayoritas non
Kristen
·
Banyak kaum muda menikah dngan orang yang beda kepercayaan
d. Tujuan: mewujudkan Gerejakecil dalam keluarga
e. Menggali cerita (pengalaman konkrit keluarga)
III. Mendalami tema (Listen to God)
a. Memilih teksKitab Suci yang sesuai
b. Teks 2Tim 3:12-15
c. Pertanyaan pendalaman :
·
Teks ini ditujukan kepada siapa?
·
Adakah hubungan teks Kitab Suci ini dengan realitas yang kita
lihat tadi?
·
Pertanyaan menyangkut hal-hal yang lebih mendasar.
IV. Aksi (Love in action): Apa tindakan
konkrit?
·
Mengadakan doa lingkungan secara bergilir
·
Ibadat dalam keluarga harus dilaksanakan
·
Katekese keluarga perlu diperdalam
·
Kursus pasutri harus diperdalam
V. Penutup
Kelompok 2: Lectio Divina
Tema:
Pengampunan
Sumber:
Mat 18:21–35 (Perumpamaan tentang Pengampunan)
Tujuan:
1.
Peserta mampu mengampuni sesama manusia secara terus menerus.
2.
Peserta mampu melakukan atau mengimplementasikan pengampunan
itu dalam kehidupan sehari-hari.
3.
Peserta memahami bahwa dengan mengampuni kita memberikan atau
membagikan berkat bagi sesama.
01. Lagu Pembukaan (Puji Syukur)
02. Tanda Salib
03. Pengantar
Ibu
bapak saudara , dalam hidup ini kita berjumpa dengan banyak orang dengan
berbagai macam latar belakang kehidupannya. Dalam membangun komunitas tidak jarang
kita menjumpai aneka permasalahan baik dalam keluarga, gereja, lingkungan dan sebagainya. Tak jarang
pula acapkali timbul masalah dengan orang-orang yang kita jumpai. Kadang kita
bertanya, sampai berapa kalikah kita harus mengampuni orang lain yang bersalah
kepada kita? Mengapa kita mesti mengampuni?
04. Doa Pembukaan
Allah Bapa yang Mahakasih, kami
mengucap syukur kepada-Mu atas kasih-Mu yang begitu besar kepada kami.. Engkau
menghendaki kami berlaku adil dan saling mengampuni sesama kami. Curahkanlah
Roh Kudus-Mu ke dalam hati kami, agar kami mampu membuka hati bagi sesama yang
bersalah kepada kami seperti Sabda-Mu. Bantulah
kami untuk semakin mengenal dan melakukan kehendak-Mu, demi Kristus,
Tuhan dan pengantara kami. Amin.
05. Lectio
1)
Membaca Kitab Matius 18: 21-35
-
Salah seorang peserta
membaca teks Kitab Suci secara lengkap.
-
Peserta secara bergiliran membaca Kitab Suci ayat per ayat.
-
Peserta membaca Kitab Suci dalam hati sendiri-sendiri untuk
menemukan maksud dari isi teks tersebut.
2)
Mendalami Kitab Matius
Peserta
mengungkapkan ayat-ayat yang menarik .
3)
Pemandu memberikan penjelasan tentang isi teks.
Dalam tradisi Yahudi suatu
kesalahan yang sama hanya bisa diampuni sebanyak 3 (tiga) kali. Tradisi ini
berakar dari perkataan Rabi Yoma yang mengatakan: jika
seseorang melakukan sebuah pelanggaran hukum, untuk yang pertama kali, kedua
dan ketiga, dia akan diampuni, tetapi pelanggaran yang keempat kali tidak akan
diampuni lagi.
Petrus mencoba untuk
menunjukkan suatu sikap yang lebih baik dari pada para Rabi Yahudi dengan
menggandakan jumlah pengampunan itu dari 3 menjadi 7 kali.dan kemudia
menanyakan kepada Yesus, apakah cukup sampai 7 kali? Tuhan Yesus tidak melihat
pengampunan seperti para rabi atau cara Petrus melihat.
Pengampunan bukan masalah
berapa kali akan mengampuni, oleh karena itu Yesus memberikan jawaban yang
berbeda: “bukan 7 kali” melainkan “tujuh puluh tujuh kali” atau berapa penafsiran
menerjemahkan “tujuh puluh kali tujuh kali.”
Tujuh puluh kali tuju kali bukan berarti 490 kali kita mengampuni sesama.Bagi
Yesus pengampunan berarti sikap sepenuh hati dan konstan. Perkalian yang
diungkapkan Yesus bukan menunjuk pada
jumlah perkalian angka-angka tertentu karena Yesus sedang tidak berbicara
mengenai berapa kali orang percaya harus
mengampuni. Yesus sedang berbicara tentang pengampunan yang terus menerus harus
dilakukan oleh orang-orang yang percaya. Yesus sedang menekankan bahwa
pengampunan orang percaya bersifat tidak terbatas atau dengan kata lain hidup
mengampuni adalah gaya hidup murid-murid Kristus.
Pertanyaan penting yang perlu
diajukan berkaitan dengan hal ini adalah: “apakah
mungkin manusia mengampuni kesalahan orang lain secara tidak terbatas dan terus
menerus? Melalui perumpamaan ini Yesus ingin mengajarkan bahwa
pengampunan merupakan hal yang sangat penting dalam dunia yang berdosa dan
sesungguhnya semua manusia membutuhkan
pengampunan akan dosa dan orang-orang yang ada di sekeliling orang percaya
adalah orang yang akan terus menerus berbuat dosa sehingga murid-murid Kristus
perlu memanifestasikan pengampunan terhadap mereka semua.
06. Meditatio
1)
Pemandu mengajak peserta masuk dalam suasana hening dan dalam
keheningan kembali membaca sendiri dan berhenti pada teks mana yang berkesan?
Dan mengapa berkesan?
2)
Peserta diajak merenungkan apa yang ditemukan dan kemudian
diajak untuk mensharingkan apa yang telah dialaminya.
07. Oratio
1)
Pemandu mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara lisan
atau spontan berkaitan dengan Sabda: pujian, syukur, permohonan, niat, dsb.
2)
Ditutup dengan Bapa Kami.
08. Contemplatio (Diiringi Music)
Pemandu mengajak peserta masuk
dalam keheningan 5 menit untuk menyadari kehadiran Tuhan dan meresapkan apa
yang direnungkan dan didoakan tadi.
09. Actio/Missio
Peserta diajak untuk membuat
niat dan mewujudkan niat secara kongkrit. Misalnya: jika di rumah, di
lingkungan masih memiliki musuh maka dengan ikhlas harus mengampuni.
10. Doa Penutup
Ya Tuhan, syukur dan pujian
kami haturkan kehadirat-Mu. Bapa kami bersyukur pula atas Sabda-Mu yang telah
kami dengar pada pertemuan ini. Kuatkanlah niat-niat kami untuk mewujudkan
Sabda-Mu dalam kehidupan sehari-hari yakni agar kami mampu saling mengampuni
dan mengasihi sesama kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.
Kelompok 4: Group Respons
I. Tujuan: partisipasi keluarga dalam
kehidupan rohani
II. Mengangkat tema dari permasalahan yang terjadi di lingkungan
maupun stasi
-
Kurangnya antusias umat dalam mengikuti ibadah sabda dan
ekaristi
-
Keprihatinan terhadap OMK yang lepas dari Iman Katolik
-
Sulitnya kaderisasi
Dari ketiga masalah di atas, kami mengangkat tema “prioritas antara doa
dan karya”
Langkah-langkah:
-
Bacaan Luk10:38-42
-
Dibaca brulang-ulang (3x) secara bergantian
-
Peserta mengangkat kata/kalimat yang terkesan yang diucapkan
berulang-ulang
-
Sapaan yang menyentuh dari tema
Tujuan kedepan dalam kehidupan kita adalah:
Berusaha
supaya kita mempraktekkan diri dalam kehidupan, tepat pada sasaran yaitu hidup
secara duniawi dan pada akhir jaman. Hidup menurut kehendak Allah.