Selasa, 11 November 2014

Orang Muda Katolik


Siapakah Orang Muda Katolik?
 
Orang Muda Katolik (OMK) Indonesia sebagaimana orang muda pada umumnya ialah penentu masa depan. Gelora semangat orang muda menjadikan orang  yang tidak muda lagi, memiliki berpengharapan. Jika Gereja dan bangsa memiliki orang muda yang bersemangat, penuh kasih, bertanggung jawab, berwatak luhur, beriman, maka sebagian besar dari kita tentu sepakat bahwa kita memiliki masa depan yang cerah, bahwa Gereja kita bukan calon museum belaka, dan bangsa kita bukan calon negara gagal. Tanggungjawab kita-lah untuk menentukan masa depan itu, sebagaimana kita dididik oleh para pendahulu kita sampai menjadi seperti sekarang ini. OMK memerlukan bimbingan dari para pendamping.  Para pembina OMK mesti mewujudkan syukur  atas pendidikan yang mereka terima dengan ikut bertanggungjawab mendidik orang muda demi masa depan. Maka kita mesti mengenal ciri pokok orang muda, dan mengenal apa kompetensi menjadi pendamping OMK.

Siapa itu OMK???

Dalam banyak kesempatan perjumpaan dengan orang muda, saya menemukan beberapa pemahaman mengenai orang muda katolik. Tidak semua orang muda katolik mau di sebut sebagai OMK. Ada kesan bahwa OMK adalah sebuah organesasi kaum muda sebagaimana PMKRI; Pemuda Katolik atau kelompok Putra-Putri Altar.Bahkantidakjarang, adayang beranggapanbahwa OMK adalahkelompok orang mudayang tidak masuk organesasi masyarakat seperti PMKRI, Pemuda Ansor ataupun Pemuda Pancasila. Ada kesan bahwa mereka (OMK)  kelompok yang nilai organisasinya rendah. Paling-paling yang menonjol dari mereka adalah jaga parker dan tugas koor.Benarkah demikian ?

Yang dimaksud dengan OMK  menurut Pedoman Karya Pastoral Kaum Muda (PKPKM)  yang dikeluarkan Komisi Kepemudaan KWI adalah mereka yang berusia 13 s.d. 35 tahun dan belum menikah, sambil tetap memperhatikan situasi dan kebiasaan masing-masing daerah. OMK   mencakup jenjang usia remaja, taruna dan pemuda. 

Kaum muda (youth, bhs. Ing) adalah kata kolektif untuk orang yang berada pada rentang umur 11-25 tahun. Sedangkan Komisi Kepemudaan mengambil batas 13-35 tahun. Rentang umur ini merujuk pada buku “Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda dan Keputusan Badan Koordinasi Penyelenggaraan Pembinaan dan Pengembangan Generasi Muda No. 01/BK tahun 1982 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendidikan Politik Bagi Generasi Muda” yang dikeluarkan oleh Kantor Menpora tahun 1985.

Rentang umur tersebut menunjukkan bahwa kaum muda terdiri atas usia remaja sampai dengan dewasa awal. Rentang umur tersebut dikategorisasi lebih rinci demi efektivitas pendampingan . Kategorisasi tersebut sebagai berikut:
         
1. Kelompok usia remaja (13 - 15 tahun)
2. Kelompok usia taruna (16 - 19 tahun)
3. Kelompok usia madya (20 - 24 tahun)
4. Kelompok usia karya  (25 - 35 tahun)



Kebutuhan dan Permasalahan Orang Muda

Dalam pendampingan formal kelompok/komunitas orang muda, pendamping mau tak mau ikut bertanggung jawab atas kegiatan-kegiatan kolektif yang mereka adakan. Artinya, pendamping tak sekadar hadir dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan, tapi sebaiknya berpartisipasi aktif dalam tahap-tahap pengelolaan kegiatan-kegiatan itu (perencanaan, persiapan, pelaksanaan, evaluasi-refleksi, tindak lanjut). Padahal, faktanya sampai saat ini, mendampingi orang muda dalam mengelola kegiatan mereka bukanlah hal yang mudah dilakukan.

Mungkin banyak orang akan menolak anggapan tersebut. Alasannya, toh masih banyak juga kegiatan orang muda diselenggarakan. Lagi pula, banyak orang muda masih antusias mengikutinya. Namun yang harus dicermati, di satu sisi banyak kegiatan diselenggarakan dan banyak fasilitas (termasuk dana) disediakan untuk itu, sementara di sisi lain banyak kebutuhan orang muda yang belum terjawab dan banyak masalah mereka yang belum terselesaikan. Seolah-olah terjadi keterpisahan antara peyelenggaraan kegiatan di satu sisi, dan pemenuhan kebutuhan serta pemecahan masalah orang muda di sisi lain. Padahal kedua sisi tersebut seharusnya terkait-terhubung secara erat.

Untuk itu, pendamping orang muda dalam kelompok/komunitas perlu memahami pentingnya kebutuhan dan permasalahan orang muda sebagai salah satu dasar penyelenggaraan setiap kegiatan orang muda yang mereka dampingi.


Memahami Kebutuhan Orang Muda

Sering terjadi  banyak pendamping dan pengurus kelompok/ komunitas orang muda memiliki pemahaman yang simpang siur tentang kebutuhan. Banyak kegiatan mereka usulkan, rencanakan, dan laksanakan –katanya— atas dasar kebutuhan orang muda, namun biasanya kurang dilengkapi dengan penjelasan yang memadai tentang kebutuhan macam apa yang akan difasilitasi, mengapa kebutuhan itu muncul, pertimbangan dan parameter (alat ukur) apa yang dipakai untuk menentukan bahwa itu benar-benar kebutuhan.

Sebuah situs internet ChangingMinds.org (www.changingminds.org) mendeskripsikan kebutuhan sebagai berikut.
… In the absolute sense, needs are things without which we cannot survive. We need air, food and water. We also have needs in negotiations and persuasions. For example, when I am buying a house, I need three bedrooms because we have two children.The practical effect of needs is that they define the walk-away position. Needs are sometimes also called 'Musts', because they are things we must have.
(… Secara absolut/mutlak, kebutuhan adalah segala sesuatu yang tanpanya kita tak bisa bertahan hidup. Kita perlu udara, makanan dan air. Kita juga memiliki kebutuhan untuk bernegosiasi dan berpersuasi. Sebagai contoh, saat saya membeli rumah saya membutuhkan 3 kamar tidur karena memiliki 2 anak. … Efek-efek praktis dari “kebutuhan” tersebut adalah bahwa kebutuhan berada dalam “walk-away position”, sesuatu yang tak bisa dihindari. … Kebutuhan seringkali juga diartikan sebagai keharusan, karena kebutuhan adalah segala sesuatu yang harus kita miliki.)

Dari deskripsi kebutuhan tersebut di atas, bisa disimpulkan bahwa kebutuhan memiliki karakteristik: absolut/mutlak, tanpanya kita tidak bisa bertahan hidup, tak bisa dihindari, dan sering juga diartikan sebagai suatu keharusan atau sesuatu yang harus kita miliki.

Sedangkan menurut Teori Hirarki Kebutuhan-nya Abraham Maslow (1908-1970) seorang Phsycologist Amerika dalam buku Motivation and Personality (1943) (bdk. George Boeree, 2006), kebutuhan manusia terdiri dari beberapa ragam yang harus dipenuhi secara bertingkat (hirarkis), yakni

kebutuhan fisiologis(physiological needs), yakni kebutuhan-kebutuhan dasar dalam kehidupan manusia seperti makanan (pangan), pakaian (sandang), tempat tinggal (papan), dan sex. Bahkan George Boeree (2006) dan George Norwood (2006) menyebutkan lebih banyak unsur yang lebih detail seperti oksigen, air, protein, garam, gula, kalsium, udara, kehangatan (suhu), dan sebagainya yang dibutuhkan tubuh.

kebutuhan akan rasa aman (security needs), mencakup kebutuhan akan suasana aman, stabil (tidak mudah bergejolak) dan aturan-aturan dalam bentuk struktur, perintah dan sejumlah batasan (a need for structure, order, some limits) yang mendukung rasa aman itu sendiri.

kebutuhan sosial (social needs), misalnya kebutuhan akan relasi dalam keluarga, relasi dengan teman, relasi dalam kelompok sebaya (peer group), kelompok kegiatan, masyarakat, lingkungan pendidikan/pekerjaan, pendampingan hidup, pemakluman ketika mengalami kesalahan.

kebutuhan penghargaan pada diri sendiri (self esteemneeds), terdiri dari kebutuhan akan penghargaan dan penghormatan dari orang lain (respect of others, appreciation), status sosial, kebutuhan untuk dikenal (popularitas, fame), kemenangan dalam persaingan (glory), pengakuan atas keberadaan diri (recognition), perhatian dari orang lain (attention), perasaan lebih dominan dari orang lain (dominance), sesuatu yang bisa dibanggakan (reputasi), kemampuan dalam bidang tertentu (competence), prestasi (achievement), kebebasan (freedom), daya kritis dalam mengambil keputusan.

kebutuhan aktualisasi diri (self actualization needs), misalnya kebutuhan akan kemampuan mengekspresikan diri, wadah untuk berekspresi, dan perkembangan potensi/talenta/bakat.


Pada perkembangan berikutnya, George Norwood (2006) menambahkan kebutuhan spiritual (spiritual needs) pada tingkat keenam dalam Hirarki Kebutuhan Maslow tersebut. Kebutuhan spiritual ini misalnya kebutuhan akan kedekatan relasi dengan Tuhan, pertumbuhan/perkembangan iman, peneguhan/penguatan iman dan wadah penumbuhan/pengembangan iman.

Romo Vs Umat


ROMO Vs UMAT

Di dalam sebuah acara talkshow Radio Suara Wajar, yaitu paket acara “Nuansa Iman” yang dibawakan oleh Romo Kurniawan Jati Pr, dan sebagai narasumber yaitu Romo Eduardus Sriyanto Scj, Bapak Andreas Sudiyono, dan Bapak Dwijariyana.

Salah satu hal yang dibahas dalam talkshow ini adalah  tentang cara berkomunikasi antara Romo dengan umat, begitu pula umat dengan Romo. Di saat talkshow berlangsung, Bapak Dwijariyana mengungkapkan bahwa pada saat ini kurangnya sikap sopan dalam berkomunikasi dengan Romo. Pak Dwijo menekankan, yang sangat sering melakukan hal ini adalah kaum muda, mungkin karena pada saat ini banyak Romo-Romo muda, sehingga membuat kaum muda merasa berbicara dengan teman-nya bukan dengan Romo-nya. Saya sebagai orang muda yang mendengarkan sedikit tidak terima dengan hal yang dibicarakan  tersebut. Dan tiba-tiba terancang dipikiran saya untuk mengirimkan pesan ke acara talkshow tersebut.
Tibalah waktu Romo Eduardus Sriyanto Scj untuk  membacakan pesan-pesan yang masuk. Romo Eduardus Sriyanto membacakan pesan satu per satu.

“untuk sms yang pertama, selamat malam semuanya, saya Ibu Monica ingin bertanya. Saya sering melihat umat, khususnya para ibu-ibu kalau berdialog atau ngobrol dengan Romo terkadang terlalu berlebihan dan tidak enak untuk  dilihat”

Dan  tibalah saatnya pesan saya yang dibacakan
“untuk sms yang kedua, selamat malam semuanya, saya peni .. memang yang biasa menjadi sorotan adalah kaum muda dalam cara berkomunikasi dengan Imam, tetapi maaf dari pihak yang dewasa pun tidak memberikan contoh kepada kaum muda sendiri, khususnya ibu-ibu.”

Pak Sudiyono pun  menanggapi pesan-pesan tersebut sambil tertawa, “untuk  hal semacam itu tidak hanya terjadi di gereja kita tetapi juga diberbagai stasi. Memang banyak ibu-ibu yang dekat dengan Romo untuk mengobrol maupun membicarakan persoalan hidup. Karena adanya kedekatan-kedekatan yang terjadi membuat umat yang lain marah.” Pesan Bapak Sudi,  bahwa ibu-ibu  perlu mawas diri, jangan terlalu dekat sehingga tidak enak dipandang. Ya  kalau mau konsultasi jangan sering-sering, jangan mengambil tempat tertentu “negatif” apalagi kalau sambil jowal-jawil, kan Romo-nya risih juga kalau diperlakukan seperti itu. Ada juga seorang ibu bicara kepada saya, “Pak tolong sih ibu itu ditegor, jangan terlalu dekat sama Romo,  gimana nanti kalau Romo-nya tergoda?  Jadi  Romo  itu susah lho  pak,  pendidikannya panjang. Jangan sampai Romo-nya nanti jatuh gara-gara hal seperti itu”  Pak Sudi pun kembali tertawa. Dalam  hal ini  Pak Sudi mengatakan bahwa “kunci utamanya adalah Romo-nya” jadi Romonya harus menempatkan diri sebaik-baiknya, bahwa Romo itu bukan hanya milik segelintir orang, tapi  miliknya seluruh umat. Banyak umat yang mengamati bahwa Romo-nya sedang sibuk ber-smsan  dengan siapa??? Kita sebagai umat boleh mencintai Romo-nya, mencintai untuk menjaga agar Romo-nya tetap  kudus.

“Jadi kunci utamanya adalah Pastor-nya. Walaupun ibu-ibu itu ngebet sama Romo tapi kalau Romo-nya bisa jaga wibawa, maka orang yang  mendekati (mengganggu) akan mati langkah. Ketika kita sudah membuka sedikit pintu kamar kita, pasti orang yang di luar akan  mengintip  apa yang ada di  dalam kamar kita, dan jika  kita  membuka  pintu  semakin lebar  maka orang  itu akan lenih mudah dan berani untuk  masuk ke dalam kamar  kita. Jika  ada seorang  ibu  ingin  berdialog dengan Romo, sebaiknya mengajak suami dan anaknya supaya tidak mendapat  cap-cap yang  negatif dari orang lain”. Ungkap Romo Jati.

Romo Sriyanto pun  menanggapi, sambil menghela nafas Romo Sri menjawab, sebenarnya hanya  satu kata saja, yaitu harus Berani mengatakan “TIDAK!” misalkan saja,  biasanya  Romo kan sering mendapat tawaran makan “Romo bisa apa tidak malam ini makan?” kalau Romo-nya berani mengatakan  tidak, maka ya tidak akan ada makan malam. Dan Romo harus berani  mengatakan tidak kepada semua. Kalau Romo-nya mau  berkunjung,  jangan  hanya ke rumah  itu-itu saja karena akan menimbulkan penilaian yang negatif. Romo Sri mengatakan bahwa beliau memiliki prinsip, kalau ada umat yang konsultasi berkali-kali dan tidak ada perubahan, maka beliau  mempersilahkan untuk  konsultasi dengan Romo yang lain. Romo Sri mengakui  bahwa beliau juga mengalami realita semacam ini. Kalau bicara masih bersama-sama itu masih wajar, tetapi  kalau sudah sendiri-sendiri itu perlu dicurigai.

Ternyata Pak Dwijo pun tidak mau kalah untuk  menanggapi permasalahan ini. Kalau tadi semua lebih  menyoroti pada Romo-nya, nah sekarang saya akan berbicara tentang  ibu-ibunya, ungkap Pak Dwijo sambil tertawa terbahak-bahak. Kalau yang berbicara dengan Romo tidak han ya satu ibu  (rame-rame) itu sebenarnya tidak masalah,  masih bisa di  tolerir,  ya walaupun  kadang-kadang ada sedikit jawilan. Dan Romo Jati pun bercanda “jawilan disebelah mana pak? Semua pun tertawa lepas..... Dan Ibu-Ibu harus tau diri dalam berbicara dengan Romo baik itu secara umum mupun  pribadi. Yaa kalau bicaranya rame-rame kan bisa menghindari gosip. Namanya juga gosip  ya Romo? Iyaa, digoyang makin siipp ... Canda Romo Jati  lagi. 

Dari perbincangan talkshow tersebut, saya dapat menarik kesimpulan bahwa tidak hanya Romo-nya saja yang harus menjaga diri mereka, tetapi umatlah yang harus bisa bertingkah laku lebih baik dan sopan terhadap para Imam. Karena tugas kita sebagai umat adalah menjaga Imam supaya tetap Kudus.***(Anast_Peni)

Notulensi Pertemuan LBI



Pertemuan Pemandu Pendalaman Kitab Suci Se-Regio Sumatera







“Keluarga Kristiani yang Mendengarkan
dan
Melaksanakan Sabda Allah
serta
Meneruskan Iman Kristiani kepada Anak-anak”

Wisma Albertus – Pahoman, Bandarlampung
8-10 Oktober 2014

Rabu, 8 Oktober 2014

Doa Pembuka (Utusan dari Padang)

Sambutan Rm. Piet (Koordinator KomPI)

          Selamat datang di Wisma Albertus. Wisma Albertus ini merupakan Wisma Keuskupan Tanjungkarang.Meskipun wisma ini keadaannya seperti ini, tetapi kami tetap bangga karena bisa dipakai. Berbagai pertemuan tingkat keuskupan, provinsi dan regio pernah dilangsungkan di tempat ini.

          Komisi Kitab Suci di Keuskupan Tanjungkarang bernaung di bawah KomPI (Komisi Pengembangan Iman: Kitab Suci, Katekese, Liturgi). Penggabungan ini bertujuan agar yang serumpun menjadi satu, saling berdekatan, dan diharapkan bisa menjalin komunikasi yang lebih baik.

          Harapan: Semoga kegiatan “Pertemuan Pemandu Pendalaman Kitab Suci” ini bisa berjalan dengan lancar dan nantinya bisa membantu pelayanan kita dalam memandu pendalaman Kitab Suci dimanapun kita berada.

Perkenalan

          Per Keuskupan: Keuskupan Agung Medan, Keuskupan Sibolga, Keuskupan Padang, Keuskupan Pangkalpinang, Keuskupan Agung Palembang, Keuskupan Tanjungkarang. Per Wilayah di Keuskupan Tanjungkarang: Bandarlampung, Sidomulyo, Kotagajah, Pringsewu, Kotabumi.

Tatatertib (Rm. Wied)

          Lihat buku panduan: Jadwal pertemuan dan Ibadat pagi, Ibadat siang, Ibadat sore, Ibadat malam, serta Petugas liturgi Perayaan Ekaristi!

Beberapa hal berkaitan dengan gedung Wisma Albertus: Ruang pertemuan besar, ruang pertemuan kecil, hall, kamar Kresna, kamar Arjuna, ruang makan, kapel; jam malam gerbang akan ditutup (jam 22.00); jika ada yang berkepentingan keluar, harap menghubungi salah satu panitia.
Misa Pembuka (Mgr. Yu)

          Kita mesti belajar dari kedua rasul agung Paulus dan Petrus. Keduanya memiliki peran yang sama (mewartakan kabar gembira) tetapi berbeda dalam bentuk (misi kepada bangsa Yahudi – misi kepada bangsa-bangsa lain. Kisah Paulus yang mencela Petrus berkaitan dengan makan bersama dengan saudara-saudara yang bersunat diasumsi sebagai kesalahpahaman. Petrus tidak marah menanggapi celaan Paulus.

Rm. Edyà LBI dan YLBI

          BKSN 2014 sudah lewat kok pertemuan pemandu pendalaman KS? Tidak mengapa. Kegiatan memandu pendalaman akan tetap berjalan terus. Pemandu adalah ujung tombak, fasilitator pendalaman Sabda langsung kepada umat beriman. Pemandu juga adalah ujung “tombok”, kadang harus rela berkorban (tenaga, waktu, pikiran, perasaan, biaya).

          LBI (Lembaga Biblika Indonesia) dan YLBI (Yayasan Lembaga Biblika Indonesia), berdiri berkat karya-karya Ordo Fransiskan. Kita patut bersyukur dengan adanya kedua lembaga ini, yang berkecimpung dalam hal Kitab Suci).

LBI mengadakan Kitab Suci dengan harga subsidi (diskon 50%), 500 eksemplar untuk setiap keuskupan.LBI juga menyediakan dana untuk kaderisasi: keuskupan (15 juta) dan regio (75 juta). Selain itu juga, mencetak buku-buku yang berkaitan dengan Kitab Suci agar keluarga mencintai Kitab Suci, danmenerbitkan Majalah PKS (Pendalaman Kitab Suci) dan Majalah WB (Wacana Biblika)

Sharing Kelompok (Rm. Widarman & Bpk Sudiyono)

          Mekanisme sharing: per delkit dan per wilayah (30 menit) sharing dalam kelompok dan menuliskannya. Soal diskusi: Hambatan-hambatan yang dialami dalam pendalaman Kitab Suci? Harapan-harapan untuk pendalaman Kitab Suci di masa mendatang?

Delkit KAPal

          Hambatan = Waktu: terlalu malam/terlalu sore. Minat: lebih misa/rosario. Minim: buka KS, sharing, punya KS. Pemandu: kurang siap, teks book.

          Harapan = pentingnya pembekalan pemandu, kreativitas pemandu, membuat seminar.

Wil Kotabumi

          Hambatan = jarak tempuh umat jauh, jumlah pemandu minim, kurangnya kreativitas pemandu, malu bersharing, tidak semua keluarga punya KS.

          Harapan = perlunya motivasi untuk mencintai dan memahami KS, pembinaan rutin untuk pemandu, pengadaan KS (gratis).

Delkit KAM

          Hambatan = keberlanjutan pembekalan pemandu macet, latar belakang  pendidikan berpengaruh, metode seturut perkembangan zaman.

          Harapan = ada ahli KS, upayakan kelompok2 KS, kerjasama komisi dengan paroki2.

Wil Pringsewu

          Hambatan = pemandu terbatas, umat alergi (cenderung pasif), usia bercampur, sharing tidak percaya diri.

          Harapan = kaderisasi pemandu, beri motivasi, penyusunan bahan yang cocok untuk segala usia, pelatihan/kursus2 untuk pemandu.

Delkit Papin

          Hambatan = mental instan (KS jawaban pas), tidak ada minat untuk membaca, KS sulit.

          Harapan = punya kader2 KS, pemandu kreatif.

Wil Bandarlampung

          Hambatan = minat yang kurang dari umat, belum terbiasa membaca KS, kurang berani mengeluarkan pendapat, menerapkan ayat KS tidak sesuai dengan konteks.

          Harapan = membangkitkan umat untuk membaca KS dan berani bersharing.

Delkit Keuskupan Sibolga

Hambatan = penerjemahan ke bahasa daerah, kurangnya penguasaan bahan, metode yang kurang menarik, tindak lanjut ke basis macet, umat tidak berminat terhadap KS, umat tidak punya KS.

Harapan = Pelatihan pemandu, KS menjadi bacaan rohani dalam keluarga.

Wil Sidomulyo

          Hambatan = bisa membaca sulit memahami, kurang bisa merangkum, kurang bisa menghidupkan suasana, sulit terbuka utk bersharing, jarang bawa KS, pemandu kurang pd, pemandu kurang bisa berkomunikasi dg kelompok umur tertentu, bahan pendalaman terlalu banyak, pemandu berbelit-belit, materi pendukung kalau bisa tidak hanya satu.

          Harapan = perlu pembekalan pemandu, perlu berlatih berbicara, kaderisasi terhadap orang muda secara bergilir, evaluasi dan refleksi bersama pemandu.

Delkit Keuskupan Padang

Hambatan =beragamnya usia umat, tingkat pendidikan, sosial, budaya, mentalitas, tidak ada kontinuitas pembinaan pemandu, tidak punya waktu, tidak semua pastor jg punya waktu.

Wil Kotagajah

Hambatan = tidak menguasai, tidak yakin, kurang belajar bersama, latar belakang pendidikan tidak mendukung. Tidak biasa membawa, membaca KS, apalagi memahami, fobia KS.

Harapan = pendampingan khusus oleh romo terhadap pemandu … …


Kamis, 9 Oktober 2014

Membaca Kitab Suci (RD. Ferdinandus Meo Bupu)

          Belajar Kitab Sucià Membaca… Membaca… Membaca… !!! (St. Agustinus: “tolle lege!).

          Membaca à Konteks: sesuatu di sekeliling teks. Perikop teks sebelum dan atau sesudahnya. Membaca seolah-olah baru belajar membaca.
         
Ada kesulitan-kesulitan yang muncul. Penulisan ALLAH/Allah dan TUHAN/Tuhan. Berkaitan dengan penggunaan kata dan bahasa Ibrani. Penerjemahan ke dalam bahasa Indonesia mengalami kesulitan. Maka penerjemah mengakomodir beberapa kesulitan-kesulitan tersebut.

          Ayo belajar membaca Kitab Suci! Perikope. Paralel. Konsentrasi penuh! Yoh 13:1-38. Teks yang menarik, meski panjang tetapi tidak sulit untuk membaca dan memahaminya.

Tanya Jawab:

Bp. Puspo

1. Maksud kata ‘sela’ dalam Mazmur?

Jawab: jeda. Bandingkan 0 (nol) dalam not.

2. Mengapa tidak langsung “Allahku ya Allahku, mengapa Engkau meninggalkan aku”?

Jawab: kalau dihilangkan akan menghilangkan teks kuno. Memang pemahaman orang Yahudi dengan kita berbeda. Contoh: Kain-Habel.

Sdr. Nando

Di Sumatera Utara, Kitab Suci berbahasa daerah. Ada perbedaan Kitab Suci bahasa daerah dan Bahasa Indonesia. Contoh: 2 anak yang diperintah bapanya. Bagaimana ini?

Jawab: Terjemahan lama Zakheus naik pohon pisang. Atau Pohon jati raksasa mau menunjukan pohon tumbuh sepanjang masa. Persoalan adalah teks dari mana diterjemahkan.

Bp. Dwijo

1. Yang paling penting membaca berulang-ulang. Umat malas.
2. Umat kurang berani bergurau dengan Kitab Suci.
3. Umat takut kritis terhadap Kitab Suci
4. Membaca cara paling sederhana. Tetap sulit bagi umat karena tidak tahu latar belakang Kitab Suci?

Jawab: Kitab Suci adalah sarana Tuhan mau berbicara dg umatnya. Bahwa kurang bisa menangkap Tuhan pasti mau membantu. KS = buku iman. Seperti kalau kita ngobrol tidak selalu konek dengan mendengar Allah lewat Kitab Suci.

Bp. Erwanto

Menikah diberi Kitab Suci tapi tidak pernah dibuka. Bagaimana memotivasi hal tentang hal ini?

Jawab: Menertawakan orang yang sedang belajar membunuh orang. Situasi sekelilingmnya juga menentukan untuk cinta Kitab Suci. Doa memakai Kitab Suci. Persiapan kalau menjadi lektor.

Bp. Cahyo

Biasa mau khotbah tidak membaca teliti. Hanya cari intinya? Apa hubungan membaca kristis dan inti bacaan?

Jawab: Membaca secara kritis tidak bertentangan dengan inti bacaan. Membaca secara kritis membaca dalam kerangka seluruhnya.

Bp. Yulius

Pemahaman berbeda-beda. Orang yang tidak tahu bertanya mana yang benar?

Jawab: Kalau kita membaca hanya Kitab Suci, kita mendapat Kitab Suci menjelaskan dirinya.

Bp. Sugeng

Para pemandu perlu di payungi secara hukum, supaya tidak salah tafsir. Apakah ada buku tafsiran yang bisa jadi refrensi?

Jawab: Menghilangkan yang difirmakan Allah itu bahaya. Tapi kalau salah tafsir lain soal. Memang sebaiknya tidak salah tapi tidak seperti menghilangkan Firman Allah. Tafsiran baku tidak ada. Tafsiran banyak tapi bukan yang baku. Ajaran resmi adalah magisterium.



Bp. Wido

1.      Lektor : Pembacaan dari ... atau Bacaan dari …?

Jawab: terminologi liturgi.

2.    Ketika pendalaman Kitab Suci umat malas bawa Kitab Suci dan minta dibuat teksnya?

Jawab: kalau malas, jalan ke luarnya susah.

Sr. Fransine, FSGM

Bagaiman membaca teks?

Jawab: persoalan sama peralihan dari perkamen ke kertas. Soal materi atau dimana ditulis?

Pemandu Pertemuan Lingkungan(Rm FX. Edy Prasetya)

          Keprihatinan: Terbatasnya “tenaga-waktu-kerelaan” menjadi pemandu; Menganggap remeh bahan yang sudah jadi; Kurangnya kreatifitas – harafiah: Cuma baca apa yang ada; Persepsi yang kurang pas terhadap teks Kitab Suci; Kurang menarik bahan yang sudah jadi; Sulit dimengerti bahan yang sudah jadi; Kurangnya partisipasi dan antusiasme peserta.

          Pemandu Lingkungan: harus dimengerti sebagai pelancar proses pertemuan = fasilitator; BUKAN penceramah: tidak usah panjang lebar mengulas teks Kitab Suci; BUKAN pengkhotbah/pemberi renungan; BUKAN mendominasi; BUKAN ahli/narasumber; intinya, memberikan arah dan mengembangkan proses, membantu terjadinya tukar pengalaman: pemahaman dan penghayatan.

          Tuntutan Kemampuan Pemandu: Mampu memotivasi peserta agar semakin mendalami bahan pertemuan vs rasa malas, ketergantungan pada kunci-kunci jawaban; Mampu mendengarkan secara efektif, menghargai setiap pendapat dari siapa pun yang bersharing, pemikiran, pengalaman, harapan dan kebutuhan peserta; Mampu mengarahkan pertemuan dengan pertanyaan panduan yang jelas dan tepat, elaborasi pertanyaan-pertanyaan panduan; Mampu merumuskan kesimpulan dengan bahasa sendiri secara sederhana;Bekerja sama dengan peserta-setara-partisipatif; Terampil: menciptakan suasana dan keterlibatan, mengatur waktu, mengajak belajar melalui pengalaman, semakin memperdalam pengalaman peserta.

          Pemandu harus memiliki: 1) Kepribadian àBersahabat: menghormati setiap peserta, menyebut nama, pendekatan setara; Suportif: mendukung melalui kata dan bahasa tubuh; Tulus: tidak berprasangka negatif; Terbuka: mau belajar, mengembangkan -menerima, pendapat yang berbeda; Rendah hati: tidak terancam oleh kepandaian peserta, BUKAN pusat perhatian; Sabar : sederhana dalam membawakan diri. 2) Spiritualitasà Menghidupi Sabda Allah dan doa; Rendah hati dan mengembangkan orang lain (bdk Yoh 3:30); Belajar terus menerus; Percaya dan terbuka akan karya Roh Kudus (percaya-menghargai talenta umat); Bertindak sebagai pelayan. 3) Pengetahuan àMemiliki wawasan yang luas tentang materi; Memiliki teknik memimpin; Menyadari hubungan dengan umat BUKAN sebagai guru dan murid (menemukan dan belajar bersama).

          Tugas Pemandu à Mengikuti Pembekalan; Mempersiapkan & kembangkan bahan; Mengelola Proses Pertemuan; Membuat catatan: ada yang tidak terduga dan mungkin perlu ditindaklanjuti bersama; Membuat rangkuman; Evaluasi.

          Teknik memandu pertemuan:

1) Bertanya àTeknik bertanya untuk melihat atau membantu pemandu menilai apakah ucapannya dapat ditangkap oleh umat.

2) Bercermin àTeknik menangkap apa yang disampaikan orang lain persis seperti yang diucapkan dengan mengulang kembali; Membantu memahami arah pertemuan.

3) Mengurutkan àmengurutkan giliran berbicara/ sharing; ada lalu lintas yang mengatur pembicaraan.

4) Melukiskan àcara mengupayakan agar pembicaraan lebih jauh atau mendalam; beberapa ungkapan: “bisa dijelaskan lebih lanjut?”, “apa yang anda maksud ...?

5) Mendorong àMendorong, mengajak dan memotivasi peserta agar berpartisipasi tanpa paksaan “apakah masih ada yang mau menyampaikan?” para ibu sudah menyampaikan bagaimana dengan para bapak...?” mungkin ada yang punya cerita menarik ..., dsb.

6) Mengumpulkan àmengumpulkan dengan memberi pengakuan, apresiasi yang positif. Hal ini dapat mengurangi kecenderungan membela gagasannya; memberikan semacam rangkuman.

7) Mengajak àMengajak peserta khususnya yang kurang aktif berpendapat, memberikan gagasannya; Memperhatikan melalui gerak tubuh yang memberi signal akan berbicara “apakah ada yang ingin disampaikan?” atau “kelihatannya ingin menyampaikan sesuatu?”

8) Mengarahkan àTetap mengarahkan pada fokus atau tema pembicaraan. Mengembalikan ke “jalur” nya jika telah menyimpang dari tema.

9) Balancing àsuatu cara untuk menyeimbangkan pembicaraan. Misalnya: “kita sudah mendengar pendapat dua orang apakah ada pendapat yang berbeda?” dst.

10) Berdiam sejenak àMemberi waktu jeda agar umat bisa berpikir, mengolah apa yang mau disampaikan.

          Beberapa model: Model Tujuh Langkah; Model Lectio Divina; Model Biasa; Model Group Respons; Model Look-Listen-Love; Model Amos; Model T – A – T
Presentasi Beberapa Model

Kelompok 6: Model Amos

Tujuan pertemuan:

-         Peserta lebih menghargai rejeki pemberian Tuhan
-         Peserta memiliki kepedulian terhadap sesama yang mengalami kekurangan

a. Lagu Pembukaan
b. Doa Pembukaan
c. Kata Pengantar

Langkah 1: Melihat kenyataan hidup

-         Keprihatinan atas kelaparan melalui tayangan video ”Die of Hunger”
-         Tema: Kepedulian  kepada sesama.

Langkah 2: Mengajukan pertanyaan

-         Pemandu memberi pertanyaan: “Mengapa hal dalam film tersebut terjadinya?  
-         Sikap konsumerisme
-         Gaya hidup boros
-         Kurangnya kepedulian
-         Tidak menghargai dan tidak mensyukuri berkat Tuhan

Langkah 3: Mendengarkan Sabda Allah

YESUS MEMBERI MAKAN LIMA RIBU ORANG

14:13. Setelah Yesus mendengar berita itu menyingkirlah Ia dari situ,
           dan hendak mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang
           sunyi. Tetapi orang banyak mendengarnya dan mengikuti
           Dia dengan mengambil jalan darat dari kota-kota mereka.
14:14  Ketika Yesus mendarat, Ia melihat orang banyak yang besar
           jumlahnya, maka tergeraklah hati-Nya oleh belas kasihan
           kepada mereka dan Ia menyembuhkan mereka yang sakit.
14:15  Menjelang malam, murid-murid-Nya datang kepada-Nya dan
           berkata: "Tempat ini sunyi dan hari sudah mulai malam.
           Suruhlah orang banyak itu pergi supaya mereka dapat
           membeli makanan di desa-desa."
14:16  Tetapi Yesus berkata kepada mereka: "Tidak perlu mereka
           pergi, kamu harus memberi mereka makan."
14:17  Jawab mereka: "Yang ada pada kami di sini hanya lima roti
           dan dua ikan."
14:18  Yesus berkata: "Bawalah ke mari kepada-Ku."
14:19  Lalu disuruh-Nya orang banyak itu duduk di rumput. Dan
           setelah diambil-Nya lima roti dan dua ikan itu, Yesus
           menengadah ke langit dan mengucap berkat, lalu memecah-
           mecahkan roti itu dan memberikannya kepada murid-murid-
           Nya, lalu murid-murid-Nya membagi-bagikannya kepada
           orang banyak.
14:20  Dan mereka semuanya makan sampai kenyang. Kemudian
            orang mengumpulkan potongan-potongan roti yang sisa, dua
            belas bakul penuh.
14:21  Yang ikut makan kira-kira lima ribu laki-laki, tidak termasuk
            perempuan dan anak-anak.


Langkah 4: Mencari sebab yang terdalam dalam berita

-         Apa kata Gereja?
-         Apa kata media? Tayangan/program TV tentang orang-orang yang perduli pada realita sosial.
-         Apa yang belum dibuat orang?

Langkah 5: Perencanaan

-         Mengajari anak untuk hidup hemat
-         Memberi uang saku secukupnya
-         Mengajak anak untuk peduli pada sesama
-         Sosialisasi terhadap umat agar tergerak hatinya untuk memberi lebih dalam kehidupan sosial

d.      Doa Penutup
e.      Lagu

Kelompok 1: Model Tujuh Langkah

“Keluarga adalah Tempat Pertama dan Utama dalam Pembinaan Iman”

Tujuan pertemuan:

-         meningkatkan kesadaran orang tua akan tanggungjawab/kewajiban untuk membina iman anak
-         membantu keluarga untuk memupuk rasa persekutuan
-         menghidupkan/memelihara tradisi-tradisi iman katolik dalam keluarga
-         masing-masing anggota keluarga menyadari peran dan tanggungjawabnya dalam keluarga

Luk 2: 41-52     : Yesus pada umur dua belas tahun dalam Bait Allah.

Metode Sharing Injil Tujuh Langkah

Lagu Pembukaan: PS 650

1.                  Doa mengundang Tuhan.
2.                Membaca teks Kitab Suci : Luk 2: 41-52 – Yesus pada umur dua belas tahun dalam Bait Allah.
3.                Memetik berlian Sabda dan mengungkapkannya.
4.                Hening (membiarkan Allah berbicara dalam hati kita masing-masing).
5.                 Sharing pengalaman iman atas kata/kalimat atau ayat singkat dari teks Kitab Suci.
6.                Aksi nyata (buah dari Sabda) boleh dilakukan secara pribadi, keluarga maupun dalam lingkungan.
7.                 Doa Spontan (doa syukur, permohonan).             

Doa Bapa kami
Doa Penutup
Lagu Penutup

Kelompok 5:Metode Look-Listen-Love

I.       Pembuka
·        Pengantar
·        Lagu+Doa

II.     Penentuan Tema (Look at live)
a.       Sasaran: pendalaman Kitab Suci bagi orang dewasa
b.      Tema: pendidikan Iman dalam keluarga (Gereja kecil)
c.       Alasan memilih tema :
·                    Ada kegelisahan orangtua terhadap iman anak
·                    Milittansi Iman kita terhadap lingkungan yang mayoritas non Kristen
·                    Banyak kaum muda menikah dngan orang yang beda kepercayaan
d.       Tujuan: mewujudkan Gerejakecil dalam keluarga
e.       Menggali cerita (pengalaman konkrit keluarga)

III.   Mendalami tema (Listen to God)
a.       Memilih teksKitab Suci yang sesuai
b.      Teks 2Tim 3:12-15
c.       Pertanyaan pendalaman :
·                    Teks ini ditujukan kepada siapa?
·                    Adakah hubungan teks Kitab Suci ini dengan realitas yang kita lihat tadi?
·                    Pertanyaan menyangkut hal-hal yang lebih mendasar.

IV.    Aksi (Love in action): Apa tindakan konkrit?
·                    Mengadakan doa lingkungan secara bergilir
·                    Ibadat dalam keluarga harus dilaksanakan
·                    Katekese keluarga perlu diperdalam
·                    Kursus pasutri harus diperdalam

V.     Penutup

Kelompok 2: Lectio Divina

Tema: Pengampunan
Sumber: Mat 18:21–35 (Perumpamaan tentang Pengampunan)

Tujuan:
1.                  Peserta mampu mengampuni sesama manusia secara terus menerus.
2.                Peserta mampu melakukan atau mengimplementasikan pengampunan itu dalam kehidupan sehari-hari.
3.                Peserta memahami bahwa dengan mengampuni kita memberikan atau membagikan berkat bagi sesama.

01.    Lagu Pembukaan  (Puji Syukur)
02.   Tanda Salib
03.   Pengantar

Ibu bapak saudara , dalam hidup ini kita berjumpa dengan banyak orang dengan berbagai macam latar belakang kehidupannya. Dalam membangun komunitas tidak jarang kita menjumpai aneka permasalahan baik dalam keluarga,  gereja, lingkungan dan sebagainya. Tak jarang pula acapkali timbul masalah dengan orang-orang yang kita jumpai. Kadang kita bertanya, sampai berapa kalikah kita harus mengampuni orang lain yang bersalah kepada kita? Mengapa kita mesti mengampuni?

04.   Doa Pembukaan

Allah Bapa yang Mahakasih, kami mengucap syukur kepada-Mu atas kasih-Mu yang begitu besar kepada kami.. Engkau menghendaki kami berlaku adil dan saling mengampuni sesama kami. Curahkanlah Roh Kudus-Mu ke dalam hati kami, agar kami mampu membuka hati bagi sesama yang bersalah kepada kami seperti Sabda-Mu. Bantulah  kami untuk semakin mengenal dan melakukan kehendak-Mu, demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

05.    Lectio

1)                 Membaca Kitab Matius 18: 21-35
-                     Salah seorang peserta  membaca teks Kitab Suci secara lengkap.
-                     Peserta secara bergiliran membaca Kitab Suci ayat per ayat.
-                     Peserta membaca Kitab Suci dalam hati sendiri-sendiri untuk menemukan maksud dari isi teks tersebut.
2)               Mendalami Kitab Matius
Peserta mengungkapkan ayat-ayat yang menarik .
3)               Pemandu memberikan penjelasan tentang isi teks.

Dalam tradisi Yahudi suatu kesalahan yang sama hanya bisa diampuni sebanyak 3 (tiga) kali. Tradisi ini berakar dari perkataan Rabi Yoma yang mengatakan: jika seseorang melakukan sebuah pelanggaran hukum, untuk yang pertama kali, kedua dan ketiga, dia akan diampuni, tetapi pelanggaran yang keempat kali tidak akan diampuni lagi.

Petrus mencoba untuk menunjukkan suatu sikap yang lebih baik dari pada para Rabi Yahudi dengan menggandakan jumlah pengampunan itu dari 3 menjadi 7 kali.dan kemudia menanyakan kepada Yesus, apakah cukup sampai 7 kali? Tuhan Yesus tidak melihat pengampunan seperti para rabi atau cara Petrus melihat.

Pengampunan bukan masalah berapa kali akan mengampuni, oleh karena itu Yesus memberikan jawaban yang berbeda: “bukan 7 kali” melainkan “tujuh puluh tujuh kali” atau berapa penafsiran menerjemahkan “tujuh puluh kali tujuh kali.” Tujuh puluh kali tuju kali bukan berarti 490 kali kita mengampuni sesama.Bagi Yesus pengampunan berarti sikap sepenuh hati dan konstan. Perkalian yang diungkapkan Yesus  bukan menunjuk pada jumlah perkalian angka-angka tertentu karena Yesus sedang tidak berbicara mengenai berapa kali  orang percaya harus mengampuni. Yesus sedang berbicara tentang pengampunan yang terus menerus harus dilakukan oleh orang-orang yang percaya. Yesus sedang menekankan bahwa pengampunan orang percaya bersifat tidak terbatas atau dengan kata lain hidup mengampuni adalah gaya hidup murid-murid Kristus.

Pertanyaan penting yang perlu diajukan berkaitan dengan hal ini adalah: “apakah mungkin manusia mengampuni kesalahan orang lain secara tidak terbatas dan terus menerus? Melalui perumpamaan ini Yesus ingin mengajarkan bahwa pengampunan merupakan hal yang sangat penting dalam dunia yang berdosa dan sesungguhnya  semua manusia membutuhkan pengampunan akan dosa dan orang-orang yang ada di sekeliling orang percaya adalah orang yang akan terus menerus berbuat dosa sehingga murid-murid Kristus perlu memanifestasikan pengampunan terhadap mereka semua.


06.   Meditatio
1)                 Pemandu mengajak peserta masuk dalam suasana hening dan dalam keheningan kembali membaca sendiri dan berhenti pada teks mana yang berkesan? Dan mengapa berkesan?
2)               Peserta diajak merenungkan apa yang ditemukan dan kemudian diajak untuk mensharingkan apa yang telah dialaminya.

07.    Oratio
1)                 Pemandu mengajak peserta untuk mempersiapkan doa secara lisan atau spontan berkaitan dengan Sabda: pujian, syukur, permohonan, niat, dsb.
2)               Ditutup dengan Bapa Kami.

08.   Contemplatio (Diiringi Music)
Pemandu mengajak peserta masuk dalam keheningan 5 menit untuk menyadari kehadiran Tuhan dan meresapkan apa yang direnungkan dan didoakan tadi.

09.   Actio/Missio
Peserta diajak untuk membuat niat dan mewujudkan niat secara kongkrit. Misalnya: jika di rumah, di lingkungan masih memiliki musuh maka dengan ikhlas harus mengampuni.


10.    Doa Penutup

Ya Tuhan, syukur dan pujian kami haturkan kehadirat-Mu. Bapa kami bersyukur pula atas Sabda-Mu yang telah kami dengar pada pertemuan ini. Kuatkanlah niat-niat kami untuk mewujudkan Sabda-Mu dalam kehidupan sehari-hari yakni agar kami mampu saling mengampuni dan mengasihi sesama kami. Demi Kristus, Tuhan dan pengantara kami. Amin.

Kelompok 4: Group Respons

I.     Tujuan: partisipasi keluarga dalam kehidupan rohani

II.     Mengangkat tema dari permasalahan yang terjadi di lingkungan maupun stasi
-                     Kurangnya antusias umat dalam mengikuti ibadah sabda dan ekaristi
-                     Keprihatinan terhadap OMK yang lepas dari Iman Katolik
-                     Sulitnya kaderisasi
Dari ketiga masalah di atas, kami mengangkat tema “prioritas antara doa dan karya”

Langkah-langkah:
-                     Bacaan Luk10:38-42
-                     Dibaca brulang-ulang (3x) secara bergantian
-                     Peserta mengangkat kata/kalimat yang terkesan yang diucapkan berulang-ulang
-                     Sapaan yang menyentuh dari tema

Tujuan kedepan dalam kehidupan kita adalah:
Berusaha supaya kita mempraktekkan diri dalam kehidupan, tepat pada sasaran yaitu hidup secara duniawi dan pada akhir jaman. Hidup menurut kehendak Allah.